IDE BISNIS

SEKALI LAGI SOAL MODAL

UJUNG-UJUNGNYA MODAL. Itulah keluhan yang sering terdengar dari orang-orang yang tak bergerak memulai usaha. Orang seperti ini pasti tidak berminat berusaha. Mengapa begitu? Ada 3 alasan mengatakan demikian.
Pertama, etrepreneur bukanlah seorang pengeluh. Sekali mengeluh, ia kehabisan akal. Padahal entrepreneur orang yang panjang akal. Baginya, setiap dinding pasti ada pintunya. Mereka yang mengeluh melihat sebaliknya, “pada setiap pintu, ada dindingnya”. Mereka selalu terkunci dalam ruang rasa nyamannya.
Kedua, entrepreneur tidak memulai usahanya dari modal uang, melainkan dari tindakan dan pikirannya. Ia melihat, dan bergerak. Suatu ketika Abrian Natan, founder CNI bercerita bagaimana ia memperoleh modal. Ia melihat banyak potongan alumunium yang tersisa dibuang oleh para pemilik toko. Meski dipersilakan untuk ambil saja, Abrian Natan bersikukuh membeli sisa potongan alumunium tersebut. “Tapi uangnya nanti kalau barang ini sudah terjual,” ujarnya. Pembentukan modal pribadinya diawali dengan bergerak ke arah peluang. Ia memilih membeli daripada sekadar memungut demi menjaga kelangsungan pasokan. Maka saat memulai usaha di CNI bersama ipar dan keluarganya, ia sudah memiliki tabungan.
Ketiga, berapa besarkah modal uang bagi pemula? Seratus juta? Satu miliar rupiah? Tentu tidak. Seorang pemula hanya butuh beberapa ratus ribu saja. Selebihnya gunakan yang ada di rumah, pinjam pada sahabat, atau keluarga. Kalau baru memulai usaha saja sudah habis ratusan juta, Anda akan pusing memeliharanya. Harta itu pasti akan tercampur dengan kebutuhan pribadi seperti mobil dan tentu saja gengsi. Seorang pemula harus berani merangkak dari bawah, mencium tanah, dan merasakan pahitnya berjuang dari nol dengan kekuatan sendiri

BOUNCING BACK
Mengapa harus dimulai dari yang kecil-kecil? Sebab kegagalan berusaha bagi seorang pemula sangat besar. Jangalah pernah berpikir, sekali Anda berusaha langsung sukses seperti Chairul Tanjung, Oom Liem, atau alim Markus. Tengoklah mereka 20 atau 40 tahun lalu. Mereka semua memulai dari bawah, dari puluhan kegagalan.
Seseorang tak akan otomatis menemukan “pintu” usahanya yang memberi ruangan besar. Ruangan ini akan Anda temui setelah sepuluh atau seratus kali Anda membuka pintu lainnya. Bisa jadi sebagian pintu yang diketuk tidak akan terbuka atau anda memasuki pintu yang salah. Sebagian orang merasa nyaman berada di ruang kecil dan enggan mencari ruang yang lebih besar dari modal yang terakumulasi.
Yang terpenting dari semua itu adalah dua hal berikut. Pertama, pupuklah mental yang teguh, milikilah spirit bouncing back (kemembalan). Jadilah seperti bola tenis yang membal. Setiap kali jatuh segeralah naik ke atas. Jangan menjadi telur yang keras namun sekali jatuh, hancur. Kedua, janganlah bermental karyawan yang selalu ingin mengonsumsi segala yang diperoleh setiap akhir bulan. Pengusaha harus menanam kembali lebih dari separuh yang dihasilkan ke dalam usahanya untuk memperbesar asset. Ini disebut prinsip re-investasi. Ambil sebagian, tanam kembali sebagian besar untuk pertumbuhan.

JADILAH BANKABLE
Permodalan bukanlah masalah besar bagi seorang pemula. Modal pinjaman bukannya tidak diperlukan, tetapi tidak untuk pemula yang usahanya masih beresiko tinggi. Modal pinjaman baru dibutuhkan bila usaha Anda mulai menemukan titik terang. Ada potensi besar, permintaan yang tak terpenuhi sementara daya dukung usaha Anda lemah.
Jadi pinjaman dibutuhkan untuk pengembangan usaha, bukan untuk memulai bisnis yang reputasinya belum terbukti. Selain prospeknya harus jelas, bank atau lembaga pemberi pinjaman akan meninjau karakter Anda, apakah dapat dipercaya, mempunyai aset yang dapat dijadikan jaminan, serta bisnis Anda bankable.
Banyak orang merasa dipersullit oleh lembaga pembiayaan. Memang banyak eksekutif bank yang tidak cukup berani bergerak, namun di sisi lain harus diakui bank sangat berhati-hati dalam melepas dana. Maka itu buatlah bisnis dan manajemen usaha Anda bankable sedini mungkin agar siap dan layak menerima pinjaman.
Usaha bankable adalah usaha yang segala formalitasnya dibuat tertulis. Mulai dari badan hukum, pajak-pajak/SPT, surat tanah/gedung, pembukuan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dst. Inilah tahapan awal menuju bisnis yang bankable karena setelah itu bank akan memeriksa karakter, asset, dan tentu saja prospek bisnis Anda. Bila terpenuhi, pinjaman pun terbuka.
Namun bank bukanlah satu-satunya sumber permodalan untuk mengembangkan usaha. Keluarga, teman, dan perorangan, banyak yang dewasa ini memiliki likuiditas dan membutuhkan rekan usaha. Namun sekali lagi, kepercayaan adalah segala-galanya. Kepercayaan bukanlah semata-mata Anda jujur dan dapat dipercaya, melainkan benarkah usaha Anda mampu memberi keuntungan yang diharapkan. Mereka menuntut bukti, bukan janji. Selamat berbisnis.

(Prof. Rhenald Kasali, Ph. D, Pakar manajemen dan entrepreneurship)
Diambil dari Tabloid Saji edisi 239, Artikel UKM

idebisnis

2 thoughts on “IDE BISNIS

Tinggalkan komentar